Rabu, 11 November 2015

Investigasi

Investigasi
Berita ini tak jauh berbeda dengan laporan interpretatif, berisi tentang opini yang mana mengharuskan repoter menganalisis secara langsung untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut. Dan dalam pelaksanaannya biasanya para wartawan melakukannya secara ilegal atau tidak etis.

Contoh :
Disebutlah kedai bakso ‘Bersaudara’ (nama yang disamarkan) yang terletak di daerah Bekasi, dan telah berdiri sejak 15 tahun silam merupakan kedai bakso yang tak pernah sepi pengunjung sejak pertamakali didirikan. Kedai yang bisa dibilang tidak terlalu besar, namun dengan cita rasanya mampu membuat pengunjung rela mengantri hanya untuk mendapatkan semangkuk bakso. Namun beberapa tahun silam kedai bakso kecil ini menggegerkan warga sekitar dengan beredarnya isu kalau daging bakso yang terdapat pada baksonya merupakan daging tikus. Isu tersebut tak ayal membuat warga melaporkan pemiliknya pada kelurahan setempat sehingga dalam proses pemeriksaan kedai tersebut menutup usahanya. Setelah melewati pemeriksaan, ternyata kedai tersebut tidak positif dalam penggunaan daging tikus, sehingga pembukaan kembali kedai bakso tersebutpun diadakan. Dan tentu, pelanggan yang sebelumnya nampak enggan mendatangi kedai tersebutpun sekarang kembali. Dan pemilik kedai memastikan kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. (sumber: https://nurrapriliaa.wordpress.com/)



Referensi :
  1.  Sumadiria, Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Cetakan Ketiga. Bandung: Simbuisa Rekatama Media.

Laporan Interpretatif

Laporan ini merupakan laporan yang lebih dari sekedar straight news dan depth news.  Berita ini adalah berita yang dikembangkan melalui sudut pandang dan opini sang wartawan atau nara sumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya, sehingga berita ini di gabungkan antara fakta antara fakta dan interpretasi. Dan biasanya memberitakan laporan yang sifatnya memfokuskan pada isu, masalah atau peristiwa kontroversial. Tapi dari keseluruhan fokus beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan sekedar opini. Wartawan diharuskan menganalisis dan menjelaskan, maka dari itu tak jarang wartawan sering kali mendapati masalah dalam pencarian fakta. Dan biasanya laporan ini dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Dan karena bergantung pada penilaian pada nilai dan fakta berita, maka pembaca sering menyebutnya dengan ‘opini’.

Contoh :
 BENARKAH MAKANAN KALENG ASAL THAILAND MENGANDUNG VIRUS HIV?
Rumor yang beredar melalui blackberry messenger di kalangan masyarakat akhir-akhir ini menyatakan bahwa makanan kaleng asal Thailand mengandung virus HIV.

Berikut ini merupakan isi rumor yang beredar di masyarakat:
"Beli makanan kalengan jangan beli dari negara tetangga (Thailand).
(diumumkan pada hari ini tanggal 26 Agustus 2013 pukul 10.01)
** Rab, 28 Agu 11:28 **
Pemberitahuan genting dan penting: teman-teman dan keluarga tercinta, hati-hati konsumsi buah kaleng, khususnya buah kaleng produksi Thailand, karena 200 lebih penderita AIDS di Thailand dibawah pemimpin penderita AIDS menyerbu masuk ke pabrik-pabrik buah kaleng dan meneteskan darah bervirus.  Mereka ke tempat pengolahan buah kaleng dalam pabrik-pabrik tersebut, hal ini sudah diakui kebenarannya oleh dinas kesehatan setempat. Dan untuk menghindari bertambah korban; produk buah2 seperti rambutan, puding mangga, lengkeng, ling Zi, ma yu dan lain-lain sudah diturunkan dari rak supermarket. Setelah terima info ini mohon di BC ke kontak2 anda! Mencegah selamanya lebih efektif daripada mengobati."

Dengan adanya pesan di atas  perlu adanya sikap kehati-hatian dari diri kita agar dapat lebih cermat lagi dalam memilah makanan yang akan kita konsumsi. Benar atau tidaknya berita tersebut setidaknya dapat kita jadikan pelajaran,  dan menganggapi adanya berita seperti ini alangkah lebih baiknya kita mengonsumsi makanan segar yang alami agar kesehatan tubuh kita dapat terjamin. (sumber : http://zulhajnie.blogspot.co.id/)

Referensi:
  1. Willing, S. (2010). Laporan Interpretatif. In Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (p. 105). Jakarta: Erlangga.
  2. http://zulhajnie.blogspot.co.id/2014/11/berita-interpretatif.html